Dolar Perkasa saat Ekonomi AS Was-was

Ist. © net


New York: Dolar Amerika Serikat (AS) mengalami peningkatan pada perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu WIB), setelah data ekonomi menunjukkan konsumen AS semakin berhati-hati karena ketidakpastian perdagangan dan inflasi masih ada menjelang keputusan Federal Reserve tentang suku bunga akhir minggu ini.

Mengutip Xinhua, Rabu, 18 Juni 2025, indeks dolar, yang mengukur nilai tukar greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,84 persen menjadi 98,821.

Pada akhir perdagangan New York, euro melemah menjadi USD1,1479 dari USD1,1580 pada sesi sebelumnya. Pound Inggris turun menjadi USD1,3428 dari USD1,3596 pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 145,37 yen Jepang, lebih tinggi dari 144,60 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS menguat menjadi 0,8170 franc Swiss dari 0,8128 franc Swiss.

Mata uang Negeri Paman Sam tersebut juga naik menjadi 1,3645 dolar Kanada dari 1,3560 dolar Kanada. Dolar AS bertambah menjadi 9,5496 kronor Swedia dari 9,4695 kronor Swedia.

Penjualan ritel AS melemah

Adapun, penjualan ritel AS lebih lemah dari yang diharapkan pada periode Mei, tetapi pengeluaran konsumen tetap didukung oleh pertumbuhan upah yang solid. Kondisi tersebut membuat dolar melemah, pada awalnya, tetapi dengan cepat membalikkan kerugian.

Ini terjadi karena pasar mencerna gambaran data yang beragam, sehingga menghilangkan kekuatan yang diperoleh yen setelah keputusan suku bunga Bank of Japan (BOJ) sebelumnya.

BOJ tidak memberikan kejutan kecil bagi pasar pada akhir pertemuan kebijakan moneter dua hari, karena mempertahankan suku bunga dan menyusun rencana baru untuk memperlambat laju penarikan neraca tahun depan dalam menghadapi meningkatnya risiko seperti konflik Timur Tengah dan tarif AS.

Di sisi lain, perkembangan di Timur Tengah membuat suasana tetap tegang, dengan Trump mengatakan ia menginginkan akhir yang sebenarnya dari perselisihan nuklir dengan Iran, dan mengindikasikan ia mungkin mengirim pejabat senior AS untuk bertemu dengan Republik Islam tersebut.

Hal ini menyusul berita dari Gedung Putih pada Senin, Trump meninggalkan pertemuan puncak G7 di Kanada sehari lebih awal karena situasi di Timur Tengah, karena Presiden telah meminta agar Dewan Keamanan Nasional bersiap di ruang situasi.

Keputusan kebijakan Federal Reserve pada Rabu juga menjadi pusat perhatian bagi para pengamat pasar valas. Harapannya adalah bank sentral akan mempertahankan suku bunga, meskipun fokusnya adalah pada arahan apa pun terkait prospek suku bunga.

Sumber: Metrotvnews.com

Lebih baru Lebih lama